Ilmu
kimia merupakan salah satu bagian dari ilmu alam yang mempelajari tentang
susunan, komposisi, sifat materi dan perubahan materi menjadi bentuk lain serta
energi yang menyertai perubahan tersebut. Perubahan materi itu sendiri dapat
dibedakan atas dua, yaitu perubahan fisika dan perubahan kimia. Perubahan yang
tidak menghasilkan zat baru disebut dengan perubahan fisika, perubahan ini di
tandai dengan perubahan bentuk dan ukurannya saja, sedangkan jenis dari zat
atau materi tersebut tidaklah berubah. Zat atau materi yang mengalami perubahan
secara fisika dapat kembali ke bentuk semula. Contohnya adalah perubahan
tempat, wujud, bentuk dan ukuran benda (Syukri, 1999). Perubahan wujud
setiap materi yang berubah wujud karena pengaruh pemanasan akan mempunyai sifat
yang sama. Materi tersebut juga dapat di kembalikan ke sifatnya
semula. Perubahan fisika karena perubahan wujud adalah pelelehan, peleburan,
pencairan, penguapan, pengembunan, pembekuan, penyubliman, dan terdeposisi.
Sedangakan perubahan yang menghasilkan zat baru yang
disertai dengan perubahan sifat, susunan dan struktur yang tidak dapat kembali
ke bentuk semula disebut dengan perubahan kimia. Ciri-ciri yang mengindikasikan
adanya perubahan kimia adalah :
- Perubahan warna
- Perubahan bau
- Pembentukan gas
- Timbulnya cahaya
- Pembentukan endapan baru
- Perubahan pH.
Contoh perubahan kimia adalah besi berkarat, kayu terbakar,
susu yang menjadi masam, perubahahan warna apel jika di kupas, proses
pernafasan, pencernaan makanan dan sebagainya.
Perubahan secara fisika dan kimia banyak terjadi di
lingkungan sekitar kita, salah satu contohnya adalah lilin. Nah, Perubahan
apakah yang terjadi pada lilin, perubahan secara fisika ataukah perubahan
kimia? Sebagaimana yang kita ketahui lilin merupakan salah satu sumber
penerangan yang terdiri atas sumbu yang diselimuti bahan bakar padat. Lilin
yang sering kita gunakan adalah lilin yang terbuat dari paraffin wax. Paraffin
wax (C20H42) merupakan salah satu dari alkana
(hidrokarbon) yang berwujud padat. Paraffin wax akan meleleh pada suhu 500
sampai 600 C. Paraffin tidak dapat di bakar begitu saja seperti
halnya bahan bakar lain (minyak tanah, bensin dll), tetapi paraffin membutuhkan
temperatur tertentu dan sumbu.
Prinsip pembakaran pada lilin sama dengan kompor, begitu
sumbu lilin menyala, paraffin wax akan mencair. Dan kemudian di sini akan
terjadi fenomena kapilaritas, yaitu naik atau turunnya zat cair pada tabung atau
celah dengan diameter yang sangat kecil. Gejala ini disebabkan karena adanya
gaya adhesi atau kohesi antara zat cair dan dinding celah tersebut. Kohesi
adalah gaya di antara molekul – molekul dengan jenis yang sama dan adhesi
adalah gaya antar molekul yang jenisnya berbeda (Giancoli, 2001). Panas api
menyebabkan cairan wax menguap dan selanjutnya akan bercampur dengan oksigen
sehingga terjadi proses pembakaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar