Kamis, 03 Maret 2016

Bahan Peledak TNT



 
TNT (TRINITROTOLUENA)
 

      Ikatan kovalen rangkap tiga N N pada molekul N memiliki energi ikatan yang sangat besar. Oleh karena itu banyak reaksi kimia yang melibatkan pembentukkan molekul N bersifat sangat eksotermik. Sebagai contoh adalah reaksi peledakan.
Menurut Keppres RI No. 5 tahun 1988, bahan peledak adalah bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, atau campurannya, yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan atau gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas, dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Bahan peledak pada umumnya terbuat dari senyawa nitrogen. Pada saat peledakan dihasilkan energi kalor yang sangat besar (sangat eksoterm), dan pelepasan gas produk reaksi dalam volume yang sangat besar. Daya rusak dari peledakan diakibatkan oleh gelombang udara yang bergerak sangat cepat (100 m/s – 6 km/s), akibat peningkatan volume gas produk reaksi yang sangat besar dan atau akibat pemuaian udara oleh karena pelepasan energi kalor yang besar dalam waktu singkat.
Bahan peledak yang dibuat pertama kali adalah bubuk mesiu yang mengandung 75% KNO, 12% S, dan 13% C. Setelah itu muncul NHNO dengan kekuatan peledakan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan peledakan NHNO menghasilkan O yang selanjutnya mengoksidasi zat-zat lain, sehingga menaikkan jumlah energi kalor yang dilepaskan.
2NHNO(s) 2N(g) + O(g) + 4HO(g)
Oleh karena dapat menyuplai O yang cukup, NHNO juga digunakan sebagai bahan campuran untuk bahan peledak dengan daya rusak tinggi, seperti TNT (trinitrotoluena, CHON) dan dinamit (nitrogliserin, CHON).
Dan yang akan dibahas kali ini adalah TNT (trinitrotoluena, CHON).
Trinitrotoluena merupakan senyawa turunan penting dari toluen yang digunakan sebagai bahan peledak. TNT paling umum digunakan untuk bahan peledak dan industri aplikasi militer. Hal ini dinilai karena ketidakpekaannya terhadap shock dan gesekan yang mengurangi risiko ledakan disengaja. TNT tidak menyerap atau larut dalam air, yang memungkinkan untuk digunakan secara efektif dalam lingkungan basah. Selain itu, cukupstabil bila dibandingkan bahan peledak tinggi lainnya.
2,4,6-trinitrotoluene
Nama IUPAC
Rumus kimia
C7H5N3O6
Massa molekul
227.131 g/mol
Sensitivitas shock
Insensitif
Sensitivitas friksi
Insensitif
Kepadatan
1.654 g/cm³
Kecepatan ledak
6,900 m/s
RE factor
1.00
Titik lebur
81°C
Suhu autoignisi
Decomposes at 295 °C
Penampilan
Kristal kuning pucat.
Nomor CAS
118-96-7
PubChem
8376
SMILES
CC1=C(C=C(C=C1[N+](=O)[O-])
[N+](=O)[O-])[N+](=O)[O-]
TNT adalah hidrokarbon beraroma menyengat, berwarna kuning pucat yang melebur pada suhu 354 K (178˚F atau 81˚C) jauh dibawah suhu dimana ia akan meledak secara spontan, sehingga aman bila dikombinasikan dengan bahan peledak lain. Contoh campuran bahan peledak yang mengandung TNT adalah: amatol, ammonal, ednatol, octol, minol, dan torpex.
TNT di produksi pertama kali oleh kimiawan Jerman Joseph Wilbrand pada tahun 1863 dan tahun 1891 pada skala industri dan diadopsi untuk kekuatan militer pada tahun 1901. Selama Perang Dunia I produksi TNT terbatas karena jumlah toluena sebagai produk sampingan dari industri kokas yang terbatas. Setelah 1940, toluena tersedia lebih banyak sebagai hasil sampingan dari industri minyak bumi dan selama Perang Dunia II TNT diproduksi secara luas.
TNT diperoleh dari nitrasi atom-atom H pada inti benzene diganti oleh gugus NO yang kemudian menghasilkan TNT.
Dalam industri, TNT disintesis dalam tiga langkah. Pertama, toluena dinitrasi dengan campuran asam sulfat dan asam nitrat untuk menghasilkan mon-nitrotoluena (MNT). MNT dipisahkan dan kemudian direnitrasi membentuk dinitrotoluena (DNT). Pada tahap akhir, DNT dinitrasi membentuk Trinitrotoluena (TNT) menggunakan campuran asam nitrat anhidrat dan oleum.
Asam nitrat habis dikonsumsi untuk proses industri, tapiasam sulfat encer dapat digunakan kembali. Setelah nitras, TNT distabilkan dengan proses sulphitation, dimana crude TNT diperlakukan dengan larutan sulfit dan larutan natrium untuk menghilangkan isomer TNT dan produk reaksi yang tidak diinginkan.
Air bilasan dari sulphitation dikenal sebagai red waterdan merupakan polutan yang signifikan dan merupakan produk limbah dari pembuatan TNT.
Setelah ledakan, TNT terurai sebagai berikut:
2CHON 3N + 5HO + 7CO + 7C

Toksisitas TNT
TNT adalah senyawa yang sangat beracun yang menyebabkan iritasi dan noda kuning terang. Jika terkena TNT cenderung mengalami anemia dan kelainan fungsi hati. Memberikan efek yang buruk pada darah dan hati, pembesaran limpa dan efek berbahaya lainnya pada sistem imunitas juga ditemukan pada hewan yang tertelan atau terkontaminasi TNT. TNT juga diduga memiliki efek merugikan bagi fertilitas laki-laki dan juga bersifat karsinogen. TNT yang mencemari lingkungan perairan biasa di sebut “red water”, yang mungkin sulit dan mahal untuk penanganannya.


#dirangkum dari
dan dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar