Dalam Hadits
Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang
bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At Turmudzi dan dishahihkan
oleh Al-Albani).
Semua yang
telah mengenyam bangku sekolah pasti memahami, manusia bernapas menghirup
oksigen atau O2, dan menghembuskan karbondioksida atau CO2. Ketika kita meniup
makanan, tentunya yang kita keluarkan adalah gas CO2. Sementara itu makanan
panas tadi masih mengeluarkan uap air (H2O). Menurut reaksi kimia, apabila uap
air bereaksi dengan karbondioksida akan membentuk senyawa asam karbonat
(carbonic acid) yang bersifat asam.
H2O + CO2
=> H2CO3
Perlu kita
tahu bahwa didalam darah itu terdapat H2CO3 yang berguna untuk mengatur pH
(tingkat keasaman) di dalam darah. Darah adalah Buffer (larutan yang dapat
mempertahankan pH) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan dengan basa
konjugasinya berupa HCO3- sehingga darah memiliki pH sebesar 7,35 – 7,45 dengan
reaksi sebagai berikut:
CO2 + H20 HCO3- + H+
CO2 + H20 HCO3- + H+
Tubuh
menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Adanya kelainan pada
mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan
utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis
adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Sedangkan
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa
(atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH
darah.
Kembali lagi
ke permasalahan awal, dimana makanan kita tiup, lalu karbondioksida dari mulut
kita akan berikatan dengan uap air dari makanan dan menghasilkan asam karbonat
yang akan mempengaruhi tingkat keasaman dalam darah kita sehingga akan
menyebabkan suatu keadaan dimana darah kita akan menjadi lebih asam dari
seharusnya sehingga pH dalam darah menurun, keadaan ini lebih dikenal dengan
istilah asidosis.
Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara
menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut
tidak akan berguna jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita
mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan
mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat
turun, menyebabkan syok, koma dan bahkan kematian.
Sumber:
forum.kompas.com. jacksite.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar