PROSES
TERJADINYA KOROSI
Korosi (Kennet dan Chamberlain,
1991) adalah penurunan mutu logamakibat reaksi elektro kimia dengan
lingkungannya.
Selain itu korosi juga di definisikan sebagai degradasi material (logam
dan paduannya) akibat reaksi kimia dengan lingkungan. Contoh perusakan kimia
adalah pengkaratan yang terjadi akibat gas pada temperature tinggi, sedangkan
reaksi elektrokimia dapat di lihat pada sel galvanik.
Adapun
syarat terjadinya korosi adalah :
- Adanya katoda
- Adanya anoda
- Adanya lingkungan
Tanpa adanya salah satu syarat di atas
maka korosi tidak akan terjadi. Korosi tidak dapat di hilangkan tetapi hanya
dapat di minimalisir pertumbuhannya.
Pada proses korosi ada dua reaksi
yang menyebabakan terjadinya korosi yaitu reaksi oksidasi dan reaksi reduksi.
Pada reaksi oksidasi akan terjadi pelepasan elektron oleh material yang lebih
bersifat anodik. Sedangkan reaksi reduksi adalah pemakaian elektron oleh
material yang lebih bersifat katodik.
Gambar Proses Korosi
Pada reaksi di atas dapat kita lihat
dimana Cu bertindak sebagai katoda mengalami pertambahan massa dengan
melekatnya electron pada Cu. Sedangkan Zn bertindak sebagai anoda, dimana
terjadinya pengurangan massa Zn yang di tandai dengan lepasnya electron dari
Zn. Peristiwa pelepasan dan penerimaan elektron ini harus mempunyai lingkungan,
dimana yang menjadi lingkungan adalah Asam Sulfat. Jika ada dua buah
unsur yang di celupkan dalam larutan elektrolit yang di hubungkan dengan sumber
arus maka yang akan mengalami korosi adalah material yang lebih anodik.
Contoh korosi yang paling
umum, yaitu kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan
demikian, korosi menimbulkan banyak kerugian.
Korosi logam melibatkan
proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke
dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut
dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen
atau oksigen dari lingkungan sekitarnya.
Untuk contoh korosi logam
besi dalam udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan sebagai
berikut :
Anode {Fe(s)→ Fe2(aq)+ 2 e}
x 2
Katode O2(g)+ 4H(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)
+
Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)
Dari data potensial
elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini, ,yaituE0sel =
+1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian
dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk
H2CO3. Ion Fe+2 yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh
oksigen membentuk besi (III) oksida :
4 Fe+2(aq)+ O2 (g) +
(4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)
Hidrat besi (III) oksida
inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh migrasi
elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi
katodik yang terjadi, yaitu :
O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)
Oksidasi lanjut ion Fe2+
tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit berhubungan
dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam
kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan
basa tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).
Korosi besi realatif cepat
terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi (III) oksida yang
terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi
meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang
besi, namun proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3,
yang melapisinya tidak bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi
dari kontak dengan udara luar.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar