BISPHENOL-A
Aneka produk berbahan plastik sangat
mudah kita temukan di pasaran. Sifat plastik yang ringan dan tidak mudah pecah,
serta berharga relatif murah, merupakan alasan banyak orang menggunakannya,
mulai dari kantong belanja hingga kemasan atau wadah makanan dan minuman. Salah satu jenis plastik yang umum digunakan adalah plastik
polikarbonat (polycarbonate/PC).
Bahan utama pada pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa
2,2-bis (4- hidroksifenil) propan atau yang dikenal dengan nama bisphenol A
(BPA). Disamping fungsinya sebagai monomer plastik polikarbonat, BPA juga
merupakan bahan pembuatan epoksi resin, yaitu pelapis bagian dalam produk
kemasan yang terbuat dari logam, misal kaleng untuk pengemas produk pangan
olahan, tutup botol, dan pipa penyalur air. Penggunaan epoksi resin ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi atau reaksi bahan pengemas dengan
pangan yang ada di dalamnya. Zat
kimia itu sudah digunakan untuk membuat plastik dan resin epoksifenolat sejak
1957.
Berdasarkan struktur kimianya, BPA mempunyai dua gugus fenil, dua
gugus metil, dan dua gugus hidroksil (alkohol). Dalam bentuk bebas, BPA
bersifat sedikit lipofilik (dapat larut dalam lemak). Namun melalui proses
metabolisme di dalam hati, BPA diubah menjadi senyawa yang agak lebih
hidrofilik (dapat larut dalam air).
Gambar 2. Struktur kimia
Bisphenol A
Dalam bentuk aktifnya,
senyawa BPA memiliki aktivitas hormon estrogen sehingga jika masuk ke dalam
tubuh dapat memimik (meniru) hormon estrogen. Oleh karena itu para peneliti
memberikan perhatian yang cukup besar terhadap BPA dan kemungkinan efeknya
terhadap manusia. Selain itu, BPA juga merupakan salah satu senyawa endocrine
disruptors yang dapat mengganggu biosintesis, sekresi, kerja, atau metabolisme
alami suatu hormon. BPA dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai rute
paparan, namun yang utama adalah tertelan melalui pangan. BPA bermigrasi ke
dalam pangan melalui epoksi resin yang melapisi kaleng atau melalui kemasan
pangan yang terbuat dari polikarbonat. Pangan yang disimpan dalam kemasan atau
dipanaskan dalam wadah yang mengandung BPA dapat tercemar BPA yang bermigrasi
dari kemasan ke dalam pangan pada saat dipanaskan. Nilai asupan harian yang
dapat ditoleransi (tolerable daily intake) untuk BPA yang ditetapkan oleh
European Commission adalah 0,05 mg/kg berat badan/hari. Namun, umumnya kadar
paparan BPA lebih rendah daripada nilai TDI tersebut. Selain melalui rute
tertelan, BPA dapat pula masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit, misalnya
pada pekerja industri yang terlibat langsung pada pembuatan produk yang
mengandung BPA serta pada individu yang menggunakan mesin penghitung 3 uang.
BPA juga terkandung dalam kadar rendah di udara dan debu di dalam ruangan,
serta pada dental sealants, namun tingkat paparannya terhadap manusia relatif
lebih kecil daripada paparan melalui pangan.
Sebuah laporan 2010 dari Amerika
Serikat Food and Drug Administration (FDA) memperingatkan kemungkinan bahaya
terhadap janin, bayi dan anak-anak. Pada September 2010, Kanada menjadi negara
pertama di dunia yang mengklasifikasikan BPA sebagai zat beracun. Dan negara-negara
Uni Eropa dan Amerika Serikat juga sudah melarang peredaran botol susu dan
peralatan makan anak-anak yang diduga mengandung BPA.
Larangan itu dilatari kekhawatiran
akan dampak kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh BPA, seperti obesitas,
gangguan otak dan fungsi tiroid, kanker, bahkan penyakit jantung dan penurunan
produksi sperma maupun kekebalan tubuh, serta pubertas dini. Beberapa
penelitian menunjukkan, ikatan BPA yang tergolong tidak stabil dapat
menyebabkan sejumlah kecil zat kimia itu terlepas ke dalam makanan atau susu
formula yang menjadi isi suatu kemasan yang mengandung BPA, dan tertelan oleh
manusia.
Pelepasan BPA akan terjadi semakin banyak saat botol susu
bayi atau botol air terkena panas, seperti saat direbus atau disterilisasi. Para
ilmuwan menyebutkan, BPA dapat menjadi senyawa "pengganggu hormon"
karena berpotensi mengganggu fungsi normal dari sistem hormon, yang menimbulkan
efek merugikan pada kesehatan, reproduksi, perkembangan, serta masalah tingkah
laku.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar