Kamis, 31 Maret 2016

BAHAYA SENYAWA DIOKSIN


Sampah terus dihasilkan oleh manusia setiap harinya, baik yang bersifat organik maupun anorganik. Namun, masih banyak pengelolaan sampah yang tidak benar, seperti dikubur, dibiarkan berserakan hingga terpapar cuaca terus menerus, dibuang di sungai, bahkan dibakar. Pengelolaan sampah dengan cara dibakar bahkan masih sering kita temukan di kota besar. Tahukah kamu ada bahaya yang mengintai dari pembakaran sampah?
Pembakaran yang tidak sempurna pada sampah akan berdampak buruk pada lingkungan, baik tetumbuhan, hewan, bahkan manusia. Dari pembakaran ini menghasilkan senyawa kimia berbahaya yang bersifat karsinogenik, yaitu dioksin. Dioksin bersifat persisten dan terakumulasi secara biologi, dan tersebar di lingkungan dalam konsentrasi yang rendah. Hal ini bisa meningkatkan risiko terkena kanker dan efek lainnya terhadap binatang dan manusia.
Jika dioksin berada di udara, maka akan terhirup oleh manusia dan masuk ke dalam sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah jika dioksin mengendap dalam tubuh manusia. Dioksin menimbulkan kanker, bertindak sebagai pengacau hormon, diteruskan dari ibu ke bayi selama menyusui dan mempengaruhi sistem reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit tersebut, dioksin dengan demikian juga mempengaruhi kemampuan belajar oleh anak yang sangat peka terhadap pencemaran udara. Dioksin mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan bersifat lipofilik, yaitu tidak mudah larut dalam air tetapi mudah larut di dalam lemak.
Untuk dapat menekan laju pertumbuhan senyawa dioksin di udara, khususnya dari pembakaran sampah di perkotaan, maka perlu dilakukan pengendalian sampah secara terpadu. Pertama, harus diberikan kesadaran pada masyarakat untuk dapat memisahkan sampah, terutama sampah plastik. Sampah-sampah plastik yang susah terdegradasi harus dikumpulkan dan jangan dibakar begitu saja karena berpotensi untuk menghasilkan dioksin. Belum banyak pula yang menyadari bahwa insinerator atau pembakaran sampah di rumah-rumah sakit merupakan penghasil dioksin yang sangat berbahaya.
Sejarah pencemaran dioksin
Pada tahun 1960-1970, dioksin mulai dikenal dalam Perang Vietnam yang menggunakan herbisida Agent Orange untuk merontokkan dedaunan di hutan agar para tentara Vietnam tidak bisa bersembunyi. Selain itu, pada tahun 1976 terjadi kebakaran di pabrik kimia di Seveso, Italia yang menyebabkan dioksin terlepas ke atmosfer. Tahun 1977 juga ditemukan dioksin pada pembakaran dengan sistem insinerator.

Ulasan Singkat Asam dan Basa



Hai teman, ini catatan saya yang ditulis dari papan tulis dosen saya, barangkali ada teman-teman yang ingin mereview kembali dipersilahkan.

Teori Asam Basa Arhenius
Asam
                Asam yang mengion jika dilarutkan dalam air meghasilkan ion H+.
                Contoh:
                HCl   H+ + Cl-
Basa
                Senyawah yang mengion jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-.
                Contoh:
                Ba(OH)2  Ba2+ + 2 OH-
Teori Asam Basa Brousted Lowry
Asam     => Donor proton
Basa       => Penerima proton
                Contoh:
                HNO3     +             NH3                    NH4+                                +             NO3
                      Asam      +             Basa                    Asam Konjugasi                +             Basa Konjugasi

Cara Menetukan pH
pH asam               < 7
pH = -log [H+]
pH basa                > 7
pOH = -log [OH-]
pH = 14 – pOH
pH netral             = 7
Asam Kuat
[H+] = a . Ma
Basa Kuat
[OH-] = b . Mb
Asam Lemah
·      Terionisasi sebagian
·      0 < a < 1
[H+] =
Basa Lemah
·         Terionisasi sebagian
·         0 < b < 1
[OH+] =
Molaritas            =
                            =  .

Bahan Kimia dalam Mie Instan



Mi instan yang sifatnya praktis dan cepat memasaknya membuat makanan satu ini banyak disukai orang, terutama orang yang tidak memiliki banyak waktu. Tetapi ada beberapa hal yang perlu diketahui semua orang, bahwa kandungan gizi pada mi instan tidak lengkap, perlu tambahan bahan makanan lain agar nilai gizinya lebih baik. Selain itu mi instan lebih baik direbus sebanyak dua kali, terutama untuk mi instan berkuah. Langsung buang air rebusan pertama, setelah itu rebus lagi hingga matang, cara ini berguna untuk menghilangkan bahan berbahaya yang terkandung didalam mi instan, bahan yang dianggap berbahaya adalah natrium karbonat, jumlah bahan ini cukup banyak didalam sebungkus mi instan, antara 30-40 persen. Penderita jantung koroner dan hipertensi sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium karbonat. karena bisa memicu meningkatnya tekanan darah. Selain itu, ada beberapa mi instan yang mengandung lilin untuk pelapis agar tekstur mi tetap bagus serta tidak mudah putus dan rusak. Campuran bahan seperti ini seringkali tidak tertulis pada komposisi bahan yang tertera di kemasan mi instan. padahal lilin bisa menyebabkan usus mengalami iritasi, akibatnya adalah penyerapan nutrisi dari makanan lain tidak bisa optimal. Bahan lain yang juga cukup berbahaya adalah bahan pengawet dan MSG. kedua bahan ini sering kali juga tidak tertera pada komposisi bahan, kebanyakan hanya mencantumkan perasa tambahan. Namun kita kan tidak tahu bahan perasa tambahan seperti apa yang digunakan, berapa komposisinya, aman atau tidak, maka lebih baik tidak mengkonsumsi mi instan setiap hari, jika memang sudah terbiasa lebih baik mulai mengurangi mulai saat ini juga, memang tidak ada larangan untuk tidak mengonsumsi, tetapi jangan berlebihan karena tidak baik untuk kesehatan.

Ada sedikit tips memasak mie instan agar lebih aman. Masak air sampai mendidih, dengan takaran air dua kali lebih banyak dibandingkan anda masakan mie instan dengan cara biasa. Jika air benar benar mendidih, pisahkan air menjadi dua bagian misalnya anda tuang ke dalam dua panci yang berbeda. Masukkan mie ke panci pertama (atau panci pencuci lilin mie), dan didihkan kembali. Tunggu hingga air menjadi agak menguning (ini tanda bahwa lapisan lilin yang terdapat di permukaan mie instan mulai luntur). Setelah itu, angkat dan tiriskan. Jika kamu menginginkan mie instan kuah, masukkan mie yang telah ‘dicuci’ ke dalam panci kedua, didihkan sebentar.
Bahan-bahan lain yang harus diwaspadai adalah :
1.      Bumbu dan pelengkap
Bumbu yang digunakan antara lain adalah MSG atau vetsin. Titik kritisnya adalah pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi bahan baku vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie instan adalah bahan-bahan penggurih yaitu HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized vegetable protein merupakan jenis protein yang dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Sumber enzim inilah yang harus kita pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme. Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik kritis adalah asam amino yang berasal dari hewan.

2.       Bahan penambah rasa
Bahan penambah rasa atau flavor selalu digunakan dalam pembuatan mie instan. Bahan inilah yang akan memberi rasa mie, apakah ayam bawang, ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso, barbequ, dan sebagainya. Titik kritis flavor terletak pada sumber flavor. Kalau sumber flavor dari hewan, tentu harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. Begitupun flavor yang berasal dari rambut atau bagian lain dari tubuh manusia, statusnya adalah haram.
3.       Minyak sayur
Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari hewan atau dicampur dengan lemak hewan.  
4.      Solid Ingredient
Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya. Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan.
5.      Kecap dan sambal
 Kecap dan sambal pun harus kita cermati lho. Kecap dapat menggunakan flavor, MSG, kaldu tulang untuk menambah kelezatannya. Sementara sambal menggunakan emulsifier untuk menstabilkan campurannya. Emulsifier dapat berasal dari sumber hewani yang harus kita ketahui dengan jelas


Sumber :
Khayatun, D. N. (2011). Bahan kimia yang Terkandung dalam Mie Instan. Dipetik Maret 17, 2016, dari blogspot.co.id: http://dwinizzer.blogspot.co.id/2012/03/bahan-kimia-yang-tekandung-dalam-mie.html